Aktivitas Gunung Merapi saat ini masih tinggi yang diindikasikan dengan guguran lava yang bisa terjadi lebih dari 100 kali dalam sehari. Itu artinya aktivitas suplai magma dari dalam terus langsung meluncur ke permukaan.
“Jarak jangkauannya di permukaan 2,0-2,5 kilometer,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTGK), Hanik Humaida, dalam konferensi pers daring bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu 26 Januari 2022.
Untuk luncuran awan panas, Hanik mengatakan, potensi bahaya yang paling besar saat ini berarah ke Barat Daya yaitu Sungai Bebeng. Sumbernya adalah kubah lava yang berada di sisi barat daya. Volumenya saat ini terukur 1,7 juta meter kubik–kalah besar dari kubah lava di tengah kawah yang 3,0 juta meter kubik–namun berada di lereng sehingga dikhawatirkan tidak stabil.
Hanik mengatakan, potensi luncuran awan panas jika kubah lava di sisi Barat Daya runtuh bisa menjangkau jarak lima kilometer. Selain ke Sungai Bebeng, juga ke Sungai Krasak dan Boyong. “Kami sudah mengevaluasi sejauh mana volume 1,7 juta meter kubik runtuh, mungkin dalam waktu dekat akan disampaikan hasilnya,” kata dia.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Andiani, menambahkan, ancaman awan panas guguran Gunung Merapi ada pada dua arah yakni barat daya dan juga tenggara. “Dan semua sama ancamannya melalui sungai-sungai yang berhulu di puncak Merapi,” kata dia.
Andiani meyakinkan kalau pengawasan Gunung Merapi dilakukan selama 24 jam sehari melalui beberapa pos yang ada. “Koordinasi sering kami lakukan dengan pemda terkait dengan kondisi Gunung Merapi terkini,” kata dia.